WARTAXPRESS.com – Situasi kelaparan di Jalur Gaza kian memburuk menyusul blokade berkepanjangan dari Israel yang menghambat masuknya pasokan makanan. Kondisi ini menyebabkan ribuan warga tidak makan selama berhari-hari, termasuk tenaga medis yang tetap bertugas di tengah keterbatasan.
Kepala UNRWA (Badan PBB untuk Pengungsi Palestina), Philippe Lazzarini, mengungkapkan melalui akun X-nya pada Jumat (25/7/2025), bahwa krisis pangan di Gaza berdampak luas, termasuk bagi petugas kesehatan yang berjuang menyelamatkan nyawa di zona konflik.
Lazzarini menjelaskan bahwa tenaga medis di fasilitas UNRWA hanya mengandalkan satu kali makan dalam sehari, biasanya berupa kacang-kacangan. Akibat kekurangan gizi parah, banyak dokter dan perawat yang ambruk saat bertugas. Bahkan, menurut Direktur Rumah Sakit Al-Shifa, Dr. Mohammed Abu Selmia, ada tenaga medis yang bekerja tanpa asupan makanan selama dua hari berturut-turut.
Otoritas kesehatan Gaza mencatat sebanyak 45 orang meninggal dunia akibat kelaparan dalam empat hari terakhir. UNRWA melaporkan pula bahwa satu dari lima anak-anak di Kota Gaza kini mengalami malnutrisi berat.
“Warga Gaza kini berada dalam kondisi antara hidup dan mati. Mereka seperti mayat hidup yang berjalan,” ujar Lazzarini, mengutip laporan dari staf lapangan.
Ia menekankan bahwa kelaparan menyebar secara diam-diam, seiring lumpuhnya sistem distribusi bantuan dan terbatasnya akses terhadap makanan maupun layanan medis. Dalam upaya mencari bantuan, ratusan warga dilaporkan tewas akibat tembakan atau kerusuhan di lokasi distribusi.
UNRWA sendiri menyimpan sekitar 6.000 truk berisi bantuan pangan dan medis di Yordania dan Mesir, namun belum dapat dikirim ke Gaza karena pembatasan ketat dari Israel. Upaya untuk mengakhiri konflik melalui negosiasi gencatan senjata di Doha pun mengalami kegagalan setelah Amerika Serikat dan Israel menarik delegasi mereka pada 25 Juli 2025.
Di tengah kondisi ini, Hamas mengecam AS karena dinilai berpihak pada Israel, sementara Israel menyebut media dunia membesar-besarkan isu kelaparan dan menyalahkan organisasi bantuan atas lambannya proses distribusi. Skema penyaluran bantuan melalui Dana Kemanusiaan Gaza (GHF) juga menuai sorotan karena warga harus menempuh jarak jauh menuju lokasi distribusi, yang telah menyebabkan lebih dari seribu korban jiwa dalam dua bulan terakhir.