WARTAXPRESS.com – Ketegangan militer di kawasan Karibia semakin meningkat setelah Menteri Pertahanan Venezuela, Vladimir Padrino López, menyatakan negaranya siap menghadapi setiap bentuk serangan dari Amerika Serikat.
Pernyataan itu disampaikan Padrino pada Minggu 31 Agustus 2025 melalui siaran televisi pemerintah, sebagai tanggapan atas pengerahan armada tempur Amerika oleh Presiden Donald Trump dalam operasi antinarkoba.
“Kami akan melawan jika kalian berani menginjakkan kaki di Venezuela,” tegasnya.
Hubungan antara Caracas dan Washington memang telah memburuk selama puluhan tahun. AS tidak mengakui pemerintahan Nicolás Maduro sejak 2019, dan secara terbuka mendukung oposisi Juan Guaidó. Di sisi lain, pemerintah Venezuela menuding langkah AS hanyalah upaya menggulingkan rezim sah.
“Pengerahan pasukan ini adalah tindakan permusuhan untuk melemahkan negara kami dan menciptakan kekacauan di dalam negeri,” ujar Padrino.
Sebagai respons, pemerintah Maduro meningkatkan patroli laut dan udara, menempatkan 15.000 tentara di perbatasan Kolombia, serta menyerukan penguatan Milisi Nasional Bolivarian. Maduro menegaskan mobilisasi ini sebagai bagian dari konsolidasi kekuatan sipil-militer menghadapi ancaman eksternal.
Sementara itu, Pentagon mengirimkan sejumlah kapal perang, termasuk kapal penjelajah USS Lake Erie, kapal selam nuklir USS Newport News, tiga kapal perusak kelas Arleigh Burke, kapal tempur pesisir USS Minneapolis-St. Paul, serta tiga kapal serbu amfibi. Armada ini dilaporkan membawa sekitar 4.500 personel, termasuk 2.000 Marinir, untuk operasi pemberantasan kartel narkoba.
Washington menuduh Venezuela menjadi salah satu jalur utama penyelundupan kokain ke Amerika Utara dan Eropa. Namun tuduhan itu langsung dibantah Caracas.
“AS hanya mencari alasan untuk melemahkan pemerintahan kami,” kata Maduro dalam pernyataan resminya.
Langkah AS tersebut menuai kritik dari sejumlah pemimpin Amerika Latin. Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum dan Presiden Kolombia Gustavo Petro menilai pengerahan armada militer justru berisiko memperburuk ketegangan kawasan.
Meski kemungkinan bentrokan langsung masih dianggap kecil, mobilisasi pasukan Venezuela dan operasi militer AS di Karibia mencerminkan jurang geopolitik yang semakin dalam, serta membuka peluang keterlibatan negara-negara regional maupun kekuatan global lainnya.









