Utang Membengkak, Penumpang Minim: Whoosh Terancam Jadi -

Menu

Mode Gelap
Sekolah Islam Cikal Harapan 1 Bsd Sukses Gelar Seminar, Bertanjuk Kiat Berprestasi di Era Digital  Desak! Mutasi Rotasi, Anggota Komisi 1 Sebut: Plt Tidak Punya Kebijakan  Kondisi Ledakan di Pondok Aren, 3 Lantai gedung Farmasi Rusak Parah Wakil Presiden Hadiri Penanaman Jagung Serentak di Kabupaten Tangerang, Warga Kejar Sembako Gratis Ingin Berjabat Tangan dengan Wapres, Seorang Warga Terjepit di Kerumunan di Kabupaten Tangerang Hujan Deras Disertai Angin Kencang Terjang Tangsel, Puluhan Pohon dan 8 Reklame Tumbang

Bisnis

Utang Membengkak, Penumpang Minim: Whoosh Terancam Jadi Beban Berat KAI

badge-check


Situasi para penumpang kereta cepat Whoosh di Stasiun Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Dok. Istimewa Perbesar

Situasi para penumpang kereta cepat Whoosh di Stasiun Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Dok. Istimewa

WARTAXPRESS.com Proyek kereta cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh kembali jadi sorotan. Jumlah penumpang yang jauh di bawah target membuat kemampuan PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk menanggung beban utang dipertanyakan.

Anggota Komisi VI DPR RI, Firnando H. Ganinduto, menilai pemerintah tidak bisa tinggal diam dalam menghadapi kondisi ini.

“Proyek ini agenda negara. Kalau seluruh beban ditimpakan kepada PT KAI, maka risiko kebangkrutan hanya tinggal menunggu waktu,” tegasnya, dikutip dari Antara, Kamis 4 September 2025

Data menunjukkan, sepanjang 2024 jumlah penumpang Whoosh hanya sekitar 6 juta orang, jauh dari target tahunan yang dipatok 31 juta. Rendahnya okupansi ini dinilai mengkhawatirkan.

“Jika tren ini dibiarkan, utang infrastruktur tidak akan tertutup, bahkan bisa menyeret kinerja BUMN lain di dalam konsorsium,” lanjut Firnando.

Saat ini, restrukturisasi pinjaman senilai Rp6,9 triliun dari China Development Bank (CDB) sudah dilakukan. Namun, langkah itu dianggap belum cukup. Firnando menegaskan perlunya roadmap penyelesaian yang konkret.

“PR terbesar KAI sekarang adalah menyelamatkan Whoosh. Kalau masalah ini bisa diurai, bisnis KAI yang selama ini diapresiasi masyarakat bisa terus tumbuh. Kita butuh ide brilian dan keputusan cepat agar utang Whoosh tidak berubah jadi krisis BUMN,” ujarnya.

Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa tanggungan Whoosh tidak hanya ada di PT KAI. Beban juga ditanggung PT Wijaya Karya, PT Jasa Marga, dan PT Perkebunan Nusantara I yang tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia.

“Masalah ini harus ditangani serius agar tidak menimbulkan efek domino ke seluruh ekosistem BUMN. Jika kerugian terus berlanjut, investor asing bisa kehilangan kepercayaan terhadap iklim investasi Indonesia,” tutup Firnando.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Sekolah Islam Cikal Harapan 1 Bsd Sukses Gelar Seminar, Bertanjuk Kiat Berprestasi di Era Digital 

10 Oktober 2025 - 12:53 WIB

Desak! Mutasi Rotasi, Anggota Komisi 1 Sebut: Plt Tidak Punya Kebijakan 

9 Oktober 2025 - 19:10 WIB

Kondisi Ledakan di Pondok Aren, 3 Lantai gedung Farmasi Rusak Parah

9 Oktober 2025 - 16:24 WIB

Wakil Presiden Hadiri Penanaman Jagung Serentak di Kabupaten Tangerang, Warga Kejar Sembako Gratis

8 Oktober 2025 - 18:24 WIB

Ingin Berjabat Tangan dengan Wapres, Seorang Warga Terjepit di Kerumunan di Kabupaten Tangerang

8 Oktober 2025 - 16:49 WIB

Trending di Berita Terkini