WARTAXPRESS.com — Sebuah poster bergambar polisi bertuliskan kalimat “Dipaksa humanis di negara anarkis, mengalah dan melawan sama-sama jadi masalah” menjadi viral di Status WhatsApp dan media sosial, memicu perdebatan luas.
Poster tersebut, yang belum diketahui dibuat oleh siapa hal tersebut mendapat sorotan dilema aparat keamanan dalam menjalankan tugas di tengah kondisi sosial yang dianggap tidak stabil.
Pengamat Hukum dan Politik, Fernando Emas menilai Kalimat dalam poster itu seperti menyuarakan kegelisahan internal polisi, yang di satu sisi dituntut untuk bersikap humanis dan menahan diri, namun di sisi lain harus menghadapi situasi lapangan yang penuh kekerasan, anarki, dan tekanan publik.
“Sebenernya tidak boleh para anggota kepolisian membuat status seperti itu, harusnya sebagaai keamanan negara bisa menahan diri, apalagi kondisi saat ini jadi perhatian kita semua,”ujar Fernando Emas, Pengamat Hukum dan Politik, kepada WARTAXPRESS. Jumat 29 Agustus 2025.
Poster tersebut memunculkan diskusi publik soal peran dan beban aparat keamanan, serta bagaimana negara menyikapi ketegangan antara hak sipil dan penegakan hukum.
“Ini Kapolri harus ambil tindakan, atau sebagai pimpinannya jangan sampai hanya gara-gara status WhatsApp memicu kegelisahan masyarakat,”Ungkapnya.
Fernando Emas mengingatkan bahwa meskipun aparat menghadapi tantangan berat, pendekatan humanis tetap harus dijaga.
“Empati pada petugas boleh, tapi jangan dijadikan pembenaran untuk tindakan kekerasan. Justru profesionalisme diuji dalam situasi sulit,” kata Fernando.
Masih dikatakan, Fernando menganggap poster itu sebagai kritik terhadap kebijakan atasan dan tekanan sosial-politik, dan mengecam narasi tersebut sebagai upaya membenarkan tindakan represif.
“Kapolri harus klarifikasi terkait hal tersebut, polisi harus menjaga suasana ini, jangan buat masyarakat emosi, ini tidak menunjukkan sebagi anggota kepolisian terkait poster tersebut,”Ujar
Hingga berita ini tayang , belum ada klarifikasi resmi dari pihak kepolisian terkait asal-usul poster tersebut. Namun, pesan yang terkandung di dalamnya telah membuka ruang perbincangan tentang kondisi riil di lapangan, serta posisi polisi sebagai manusia biasa yang terjebak di antara idealisme dan realita.









