WARTAXPRESS.com – Jaringan restoran cepat saji Domino’s Pizza mencatatkan kerugian untuk pertama kalinya sejak melantai di bursa. Dalam laporan ke Bursa Efek Australia (ASX), perusahaan membukukan rugi bersih sebesar US$3,7 juta atau sekitar Rp56,8 miliar pada tahun buku terakhir. Padahal, pada periode sebelumnya Domino’s masih mampu meraih laba bersih hingga US$92,3 juta.
Penyebab utama tergerusnya kinerja ini adalah keputusan manajemen menutup 312 gerai di berbagai negara, di mana 233 di antaranya berada di Jepang.
Ketua Eksekutif Domino’s, Jack Cowin, menyebut langkah itu sebagai keputusan yang berat namun diperlukan.
“Di Asia, kami harus menutup sejumlah gerai yang tidak produktif. Fokus kami sekarang adalah memperkuat strategi bisnis pada frekuensi kunjungan pelanggan dan penawaran nilai yang lebih baik,” jelasnya, Rabu 3 September 2025
Ia menambahkan bahwa perusahaan tengah menata ulang strategi fundamental, termasuk efisiensi biaya serta peningkatan belanja pemasaran.
“Kami ingin Domino’s menjadi bisnis yang lebih ramping, efisien, dan kompetitif di tengah kondisi pasar yang menantang,” lanjutnya.
Selain merombak strategi, Domino’s juga melakukan restrukturisasi kepemimpinan. CEO sekaligus Direktur Pelaksana, Mark van Dyck, dipastikan mundur pada 23 Desember 2025, hanya setahun setelah menggantikan Don Meij yang lama memimpin perusahaan.
Meski mengalami pelemahan di Jepang dan Prancis, kinerja Domino’s di Australia serta sejumlah negara Eropa masih cukup tangguh, bahkan menorehkan profitabilitas tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Namun, awal tahun keuangan 2025/2026 justru dibuka dengan penurunan penjualan sebesar 0,9 persen dalam tujuh minggu pertama.
Kendati merugi, perusahaan tetap berkomitmen membagikan dividen final senilai 21,5 sen Australia per saham kepada para pemegang saham.