Mahsuri Luncurkan Varian Saus Sachet di GIM Mustikarasa, Dorong Budaya Memasak Sehat
TANGKOT, WARTAXPRESS.com – PT Mahsuri Dagang Indonesia resmi meluncurkan beberapa varian produk terbarunya dalam kemasan sachet, yakni Kecap Gurih Serbaguna, Saus Gurih Asam Manis, dan Saus Lada Hitam, bertepatan dengan momentum Gerakan Indonesia Memasak (GIM) Mustikarasa.
Peluncuran ini merupakan bagian dari kolaborasi Mahsuri bersama Foodbank of Indonesia (FOI) dan Yayasan Lumbung Pangan Indonesia, yang bertujuan menghidupkan kembali budaya memasak sehat berbasis bahan segar dan bumbu asli Indonesia. Selain edukasi memasak, kegiatan ini juga diisi dengan aksi berbagi pangan bagi masyarakat yang membutuhkan.
Business Director PT Mahsuri Dagang Indonesia, Verdy Ricardo Tjhoei, mengatakan bahwa kerja sama dengan FOI dan UIDA menjadi langkah awal perusahaan dalam memperluas jangkauan pasar.
“Pada tahap awal kami bekerja sama dengan FOI dan UIDA karena jaringannya cukup kuat, terutama hingga ke wilayah belakang kota dan pasar tradisional. Ke depannya kami akan menjajaki kerja sama serupa di kota-kota lain,” ujar Verdy. Selasa 15 Desember 2025.
Momentum Hari Ibu pada 22 Desember dipilih sebagai bagian dari strategi pemasaran, mengingat target utama produk Mahsuri adalah para ibu. Selain sebagai bentuk perayaan, kegiatan ini juga dirangkai dengan program donasi, peluncuran produk baru, serta edukasi produk kepada konsumen.
Mahsuri sendiri telah hadir di Indonesia selama sekitar lima tahun. Pada awalnya, produk Mahsuri masih diimpor dari Malaysia. Namun seiring waktu, perusahaan menyesuaikan produk dengan karakter dan preferensi konsumen Indonesia.
“Kami melihat meskipun terlihat mirip, preferensi konsumen Indonesia dan Malaysia berbeda. Karena itu, kini kami lebih fokus menyesuaikan produk agar lebih tepat sasaran,” jelas Verdy.
Sementara itu, Ketua Yayasan Lumbung Pangan Indonesia, Wida Septarina, menjelaskan bahwa GIM Mustikarasa lahir dari keprihatinan terhadap masih tingginya persoalan pangan dan gizi di Indonesia. Menurutnya, dapur keluarga memiliki peran strategis dalam menjaga kesehatan sekaligus menumbuhkan empati sosial.
“Gerakan ini berangkat dari dapur sederhana. Awalnya kami membuka dapur di kantor yayasan dan melayani masyarakat yang membutuhkan. Dari situ, dapur-dapur lain mulai tumbuh dan dikelola para relawan,” ujar Wida.
Seiring waktu, dapur-dapur Mustikarasa berkembang berkat dukungan relawan dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Kerja sama dengan Mahsuri dinilai memperkuat keberlanjutan gerakan sekaligus memperkaya cita rasa makanan tanpa mengesampingkan nilai gizi.
Wida menegaskan bahwa tujuan utama gerakan ini adalah memperluas akses pangan layak bagi kelompok rentan, seperti keluarga prasejahtera, anak-anak, dan lansia. Ia juga menyoroti masih tingginya angka kekurangan gizi dan stunting di berbagai daerah.
Di sisi lain, Wida menyayangkan masih banyaknya bahan pangan berlebih dari sektor industri, hotel, restoran, dan kafe yang belum dimanfaatkan secara optimal. Melalui GIM Mustikarasa, bahan pangan tersebut diolah kembali di dapur-dapur sosial untuk kemudian dibagikan kepada masyarakat.
“Ini bukan sekadar berbagi makanan, tetapi juga upaya mengurangi pemborosan pangan sekaligus memberdayakan masyarakat,” katanya.
Hampir satu dekade berjalan, GIM Mustikarasa terus tumbuh sebagai gerakan sosial berbasis dapur. Wida berharap inisiatif ini dapat menjangkau lebih banyak wilayah dan memberikan dampak nyata bagi ketahanan pangan masyarakat Indonesia.
“Harapannya, gerakan ini bisa terus berlanjut dan menjadi bagian dari solusi bagi mereka yang paling membutuhkan,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan