Atasi Tumpukan Sampah di TPA Cipeucang, Benyamin : Kita Gunakan Metode Terasering dan Dewatering
TANGSEL, WARTAXPRESS.com – Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Benyamin Davnie mengatakan, pihaknya sedang melakukan penataan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang dengan menggunakan metode Terasering dan Dewatering.
Dijelas Benyamin, penataan Terasering dan Dewatering merupakan pendekatan teknis yang efektif dalam pengelolaan sampah modern, terutama sebagai bagian dari sistem sanitary landfill atau controlled landfill. Kombinasi kedua metode ini bertujuan untuk meningkatkan stabilitas lahan, mengurangi pencemaran lingkungan, dan mengoptimalkan pemanfaatan lahan TPA.
“Sedang kita tata, Jadi sekarang ini memang sampahnya lagi diangkat, lagi di tata kembali. Yang namanya sampah lama diangkat pasti akan keluar. Itu juga tetap, kita lakukan pengangkatan. Memang yang tadinya jamnya tepat, sekarang sudah tidak,” kata Benyamin saat ditemui pada jumat malam, dikutip Sabtu (13/12/2025).
Terkait longsor sampah yang mengenai rumah warga setempat, Benyamin mengatakan, saat ini Pemkot Tangsel sedang melakukan penurapan kali Cirompong dan mudah-mudahan akan selesai pada bulan ini.
“Kemudian yang kemarin turun sampahnya langsung ke cirompong. Kali cirompong itu, kali ini sedang kita turup. Di bulan ini, selesai di bulan ini,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kota Tangerang Selatan melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke wilayah terdampak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang.
Sidak tersebut merupakan merespons keluhan dan aduan masyarakat soal bau menyengat di seputaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang akibat overload-nya pengelolaan sampah di kawasan tersebut.
“Ini bagian dari tugas kami di DPRD untuk merespons keluhan masyarakat. Persoalan TPA Cipeucang sudah lama menjadi masalah, terutama terkait tata kelola sampah yang dampaknya semakin luar biasa terhadap lingkungan,” kata Adi Kamis (11/12/2025).
Sementara itu, Amin (57), warga Kampung Curug yang tinggal dekat kawasan TPA Cipeucang, mengaku kondisi lingkungan di sekitar permukiman semakin memburuk sejak 2018. Menurutnya, sampah yang terus meluas menyebabkan saluran air tersumbat, sehingga banjir menjadi langganan warga. Ia juga menyebut terdapat 10 kepala keluarga yang terdampak berat, termasuk rumah-rumah yang terancam amblas.
“Udah bau, udah bikin sesak. Air sumur udah nggak bisa dipakai. Kita ini dari 2018 sampai sekarang dekat banget sama sampah. Nggak ada perhatian sama sekali dari Pemda,” keluhnya.
Hingga kini, kata Amin, belum ada tindakan konkret dari pemerintah daerah untuk mengatasi masalah.
“Selama ini ada pemerintah turun? Nggak ada, Pak,” ungkapnya. (Ded)

Tinggalkan Balasan