WARTAXPRESS.com – Ketua Rukun Warga (RW) di salah satu wilayah di Kampung Kandang Sapi, Kelurahan Pakualaman, Kecamatan Serpong, kota Tangsel, mengungkapkan kekecewaannya terhadap Pemerintah Kota (Pemkot) karena permintaan perbaikan jalan yang sudah berulang kali diajukan tak kunjung mendapatkan tanggapan.
Menurut ketua RW Rohman, surat permohonan perbaikan jalan telah dikirim sejak beberapa bulan lalu, bahkan lebih dari sekali. Namun hingga kini, belum ada tindakan nyata dari pihak berwenang.
“Kami sudah kirim surat resmi ke Pemkot Tangsel, bukan sekali dua kali. Tapi tidak ada respon sama sekali. Hanya dikasih jawaban itu tugas Pemda, ditambah Warga sudah resah karena jalan ini makin rusak dan berbahaya, apalagi saat hujan turun,” ujar Rohman RW kepada wartawan, Minggu 24 Agustus 2025.
Jalan yang dimaksud merupakan akses utama warga dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, mulai dari pergi bekerja, mengantar anak ke sekolah, hingga ke pasar.
Kondisi jalan yang berlubang dan tergenang air ketika hujan membuatnya rawan kecelakaan.
Warga setempat berharap pemerintah segera turun tangan sebelum ada korban jiwa. Mereka juga mulai mempertimbangkan untuk melakukan aksi simbolik agar aspirasi mereka lebih didengar.
“Kami hanya minta hak dasar kami sebagai warga—jalan yang layak dan aman. Apakah harus tunggu jatuh korban dulu baru ditindak?” tambah RW dengan nada kecewa.
Sementara itu, Badriyah warga sekitar merasa bersyukur dengan sosok RW yang perduli dengan warga ya dan mengedepankan kepentingan masyarakat.
“Alhamdulillah ada ketua RW, bisa membantu warga sekitar walaupun itu hanya Jalan, apa lagi bisa mengajak warganya untuk iuran perbaikan,”ungkapnya.
Sebelumnya diberitakan Setelah 15 tahun menanti janji pembangunan jalan dari pemerintah yang tak kunjung terealisasi, warga di Kampung Kandang Sapi, Kelurahan Pakualaman, Kecamatan Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) akhirnya memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri.
Dengan penuh semangat gotong royong, mereka nekat membangun jalan desa menggunakan dana swadaya yang dikumpulkan dari masyarakat.
Aksi solidaritas ini bermula dari keluhan warga soal jalan rusak parah yang selama bertahun-tahun menjadi hambatan aktivitas sehari-hari, terutama saat musim hujan.
Jalan berlubang dan berlumpur kerap membuat kendaraan mogok hingga menghambat akses ke sekolah, pasar, bahkan fasilitas kesehatan.