WARTAXPRESS.com – Kelompok kelas menengah dinilai sebagai motor penting pertumbuhan ekonomi Indonesia karena menjadi penopang utama konsumsi domestik. Namun, kontribusi vital mereka kerap terabaikan dalam kebijakan pemerintah.
Direktur Pengembangan Big Data Indef, Eko Listiyanto, menilai perlunya dukungan nyata berupa insentif bagi kelas menengah. Ia menyebutkan, keringanan seperti diskon listrik, subsidi transportasi publik, atau potongan pajak dapat menjaga daya beli masyarakat.
“Jika insentif diberikan, konsumsi rumah tangga bisa tumbuh sejalan dengan target pertumbuhan ekonomi sekitar 5%,” ungkap Eko, dikutip dari Beritasatu, Senin 18 Agustus 2025.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto (PDB), yakni 54,25% pada kuartal II 2025. Dari angka tersebut, kelas menengah berkontribusi 2,64% terhadap total pertumbuhan 5,12%.
Namun, Eko mengingatkan adanya tren penurunan jumlah masyarakat kelas menengah. Pada 2019, jumlahnya mencapai 57,33 juta orang, sementara pada 2024 turun menjadi 47,85 juta jiwa. Kondisi ini membuat kelompok tersebut rawan terjerumus ke jurang kemiskinan bila tidak diberi perlindungan.
“Jika daya beli kelas menengah melemah, otomatis kontribusi mereka terhadap PDB ikut berkurang, sehingga laju ekonomi nasional pun berisiko melambat,” jelasnya.
Selain itu, Eko menekankan pentingnya strategi agar penerima bantuan sosial bisa naik kelas secara ekonomi. Menurutnya, bansos harus diiringi pendampingan agar masyarakat miskin bisa mandiri, misalnya dengan akses modal, peningkatan keterampilan, hingga perluasan pasar kerja.
“Dengan begitu, mereka tidak lagi hanya bergantung pada bansos, tapi mampu berkembang lewat profesi seperti tukang, mekanik, hingga pengrajin,” pungkasnya.