Kripto Indonesia Melesat, OJK Ingatkan Risiko September Effect -

Menu

Mode Gelap
Kunjungan Kerja Perorangan Sekali Setahun, Sufmi Dasco Sambangi Warga Sepatan Tangerang Surat Warga ke Polres Tangsel Soroti Kemacetan Akibat Jalan Pintas di Area Parkir RS Dekat SPH Andra Soni Dorong Percepatan Realisasi MRT Jakarta ke Banten BPBD Kota Tangerang Gelar Sarasehan Relawan Kebencanaan: Perkuat Sinergi dan Kesiapsiagaan Warga Mobil Double Cabin Ludes Terbakar di Pinggir Jalan Pembangunan 3, Diduga Akibat Korsleting Listrik Kdrt yang Membawa Petaka! Seorang Suami Tega Aniayanya Istri hingga Tewas di Kabupaten Tangerang

Market

Kripto Indonesia Melesat, OJK Ingatkan Risiko September Effect

badge-check


Cryptocurrency. Dok. Istimewa Perbesar

Cryptocurrency. Dok. Istimewa

WARTAXPRESS.com Industri aset kripto di Indonesia mencatat pertumbuhan impresif sepanjang 2025, meski pasar global masih dihantui kekhawatiran fenomena musiman yang dikenal sebagai September Effect.

Anomali ini kerap dikaitkan dengan tren penurunan di pasar saham maupun kripto akibat faktor psikologis investor, kebutuhan likuiditas, hingga penyesuaian portofolio setelah libur panjang.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai transaksi aset kripto pada Juli 2025 mencapai Rp 52,46 triliun, naik 62,36% dibandingkan bulan sebelumnya sebesar Rp 32,31 triliun.

Secara kumulatif, transaksi Januari–Juli 2025 telah menembus Rp 276,45 triliun. Jumlah investor juga tumbuh menjadi 16,5 juta orang, atau naik 4,11% dari bulan sebelumnya.

Jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, lonjakan transaksi kripto tahun ini jauh lebih agresif.

Pada Juli 2024, transaksi tercatat Rp 42,34 triliun. Sementara sepanjang 2024, total transaksi sebesar Rp 344,09 triliun atau meningkat lebih dari 354% dibandingkan 2023.

Artinya, dalam tujuh bulan pertama 2025, capaian industri kripto sudah hampir menyamai hasil setahun penuh 2024.

Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Digital, dan Aset Kripto OJK, Hasan Fawzi, mengingatkan investor untuk tidak abai terhadap risiko musiman.

“Fenomena September Effect bukan hanya faktor teknis, tetapi juga psikologis. Investor perlu bijak dalam menentukan strategi, jangan hanya mengikuti euforia pasar,” ujarnya, dikutip dari Kontan, Sabtu 6 September 2025.

Sementara itu, Vice President Indodax, Antony Kusuma, menilai September Effect seharusnya tidak dijadikan tolok ukur utama.

“Fenomena ini lebih bersifat psikologis ketimbang fundamental. Fakta bahwa hingga Juli 2025 transaksi sudah mencapai Rp 276 triliun membuktikan kripto di Indonesia tetap tumbuh kuat, bahkan di tengah faktor musiman,” kata Antony.

Ia menekankan pentingnya diversifikasi portofolio, manajemen risiko, dan disiplin bertransaksi.

Menurutnya, strategi investasi kripto tidak bertumpu pada market timing, melainkan pada konsistensi, pemahaman aset, serta kedisiplinan.

“Bagi pemula, pendekatan Dollar-Cost Averaging (DCA) bisa menjadi pilihan bijak karena membantu meredam volatilitas,” tambahnya.

Di sisi lain, meskipun pasar modal sempat diguncang aksi unjuk rasa pada akhir pekan lalu, OJK memastikan ekosistem kripto di Indonesia tetap stabil.

Aktivitas penempatan maupun penarikan dana di bursa kripto berjalan normal, yang menunjukkan ketahanan sektor ini di tengah dinamika ekonomi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Kunjungan Kerja Perorangan Sekali Setahun, Sufmi Dasco Sambangi Warga Sepatan Tangerang

11 September 2025 - 06:00 WIB

Surat Warga ke Polres Tangsel Soroti Kemacetan Akibat Jalan Pintas di Area Parkir RS Dekat SPH

11 September 2025 - 05:47 WIB

Andra Soni Dorong Percepatan Realisasi MRT Jakarta ke Banten

10 September 2025 - 22:13 WIB

BPBD Kota Tangerang Gelar Sarasehan Relawan Kebencanaan: Perkuat Sinergi dan Kesiapsiagaan Warga

10 September 2025 - 22:00 WIB

Mobil Double Cabin Ludes Terbakar di Pinggir Jalan Pembangunan 3, Diduga Akibat Korsleting Listrik

10 September 2025 - 21:01 WIB

Trending di Berita Terkini