WARTAXPRESS.com – Aktris dan aktivis lingkungan, Nadine Chandrawinata, mengungkapkan perasaannya yang penuh haru saat memperingati satu dekade perjalanan program edukasi cinta lingkungan untuk anak-anak.
Dalam sebuah acara yang berlangsung dari pagi hingga malam hari, Nadine mengajak anak-anak bermain sambil belajar, sebuah metode yang ia yakini mampu membentuk karakter peduli lingkungan sejak dini.
“Jujur, aku terharu banget lihat teman-teman datang dan mendukung acara ini. Mudah-mudahan sampai selesai nanti ya,” ujar Nadine dengan mata berbinar.
Acara tersebut menggabungkan berbagai kegiatan kreatif seperti menggambar, workshop interaktif, hingga permainan bertema lingkungan.
Fokus utama adalah menjangkau anak-anak dan keluarga yang mungkin belum pernah terlibat langsung dalam aksi menjaga alam.
“Intinya kita sambil bermain sambil belajar. Aku pengin banget ini jadi pengalaman menyenangkan yang bisa mereka bawa pulang dan praktikkan di rumah,” lanjut Nadine pada Senin (28/4/2025).
Sebagai seorang ibu dari dua anak, Nadine menekankan pentingnya memberikan contoh nyata.
Menurutnya, anak-anak ibarat spons yang cepat menyerap segala perilaku orang tuanya.
“Apa yang kita lakukan akan mereka ‘copy-paste’. Jadi aku berusaha di mana pun aku melangkah, baik di depan layar maupun di balik layar, selalu menyisipkan pesan lingkungan,” ujarnya.
Tak hanya berbicara, Nadine juga aktif terjun ke lapangan bersama anak-anaknya, mengajarkan memilah sampah, menjaga kebersihan rumah, hingga mengenal bahaya membuang sampah sembarangan. Semua itu dilakukan dengan metode sederhana namun efektif, seperti mendongeng dan bermain.
“Contoh kecilnya, saat buang sampah, aku selalu bilang, ‘Kenapa kamu harus buang sampah di tempatnya? Karena kita mau hidup sehat.’ Pesan seperti itu yang aku tanamkan sejak dini,” katanya.
Meski perjalanan 10 tahun ini tak selalu mulus Nadine mengaku pernah mengalami penolakan saat awal mengkampanyekan program lingkungan—ia tak pernah menyerah. Justru dari tantangan itu, ia belajar memperkuat data, memperjelas visi, dan memperluas kolaborasi.
“Penolakan itu wajar. Mengubah pola hidup itu susah. Tapi kalau kita serius, konsisten, dan ada buktinya, lambat laun akan diterima,” tuturnya.
Tak hanya soal lingkungan, Nadine juga menanamkan nilai-nilai kesederhanaan kepada anak-anaknya, termasuk menghargai uang dan memilih prioritas dalam kehidupan. Ia percaya, masa golden age anak—lima tahun pertama—adalah waktu emas untuk membentuk karakter.
“Aku membatasi pekerjaan supaya bisa hadir dalam kehidupan anak-anak. Karena golden age itu enggak akan bisa diulang,” ungkapnya.
Dalam kesehariannya, Nadine mengizinkan anak-anaknya mengeksplorasi dunia lewat berbagai aktivitas, dari crafting, open space activities, hingga traveling darat, laut, dan udara. Meski gadget tetap diperkenalkan, pendampingan orang tua menjadi kunci agar teknologi tetap menjadi alat belajar, bukan sekadar hiburan.
Menutup obrolan, Nadine menyebutkan rencananya mengenalkan dunia bawah laut kepada anak-anaknya, melanjutkan tradisi keluarganya yang dekat dengan laut.
“Anak-anak sudah lihat aku menyelam. Mereka penasaran. Nantinya akan aku ajak mengenal diving, tentu dengan waktu dan cara yang tepat,” tuturnya.
