WARTAXPRESS.com – Setelah 35 tahun berdiri kokoh sebagai pusat ibadah dan kegiatan sosial umat Hindu di Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang, Rabu 06 Agustus 2025.
Pura Dharma Sidhi kembali menggelar upacara besar bertajuk Ngenteg Linggih, sebagai bentuk penyucian dan pengukuhan ulang bangunan suci di area Utama Mandala, terutama Padmasana—tempat bersemayamnya Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Upacara sakral yang menjadi puncak dari seluruh rangkaian kegiatan renovasi ini digelar bertepatan dengan Pujawali, Rabu, 6 Agustus 2025.
Kegiatan diikuti ratusan umat Hindu dari Ciledug dan sekitarnya, bahkan beberapa di antaranya datang dari wilayah lain seperti Serpong, Jakarta, dan Pandeglang.
“Ini adalah momentum suci yang sangat kami nantikan. Bukan hanya untuk memuliakan tempat ibadah, tapi juga merekatkan kembali kebersamaan umat,” ujar I Made Sumartana, Ketua Suka Duka Hindu Dharma (SDHD) Banjar Ciledug, yang juga dipercaya sebagai Ketua Panitia.
Pura yang terletak di Jalan Pasraman No. 28–29, Komplek Kavling P & K, Kelurahan Parung Serab, Kecamatan Ciledug, ini mulai dibangun pada awal tahun 1990-an.
Puncak penyucian awal dilangsungkan pada 11 Juli 1990, yang kemudian ditetapkan sebagai hari Pujawali dan dirayakan secara berkala setiap enam bulan.
Kini, setelah lebih dari tiga dekade, umat Hindu kembali menyatukan tekad dan sumber daya untuk merenovasi beberapa bagian utama, khususnya Padmasana.
Semua dana renovasi berasal dari sistem punia, yakni sumbangan sukarela umat Hindu yang tergabung dalam SDHD Banjar Ciledug.
Prosesi Ngenteg Linggih bukan satu-satunya. Sejak awal Juli 2025, umat Hindu setempat melakukan berbagai persiapan, termasuk gotong royong alias ngayah.
Beberapa upacara penting yang telah digelar antara lain:
Mecaru (Tawur) – penyucian spiritual untuk harmonisasi energi alam
Mendem Pedagingan – menanam simbol-simbol suci di dalam tanah
Melasti – pembersihan simbol-simbol sakral di sumber air suci
Melaspas dan Mapadudusan Alit – penyucian bangunan sebelum digunakan kembali
Puncak upacara Wraspati Kalpa Agung dipimpin oleh tiga pendeta (Tri Sadaka), yaitu:
Ida Pedanda Made Putra Kemenuh
Ida Bhegawan Waktratatwa Dwijananda
Ida Rsi Bujangga Waisnawa Surya Wiyanjana
Sebelumnya, rangkaian upacara pendahuluan pada Jumat 01 Agustus 2025, dipimpin oleh pendeta Hindu dari Bali: Ida Pandita Mpu Agra Dwijananda, Ida Pandita Dukuh Celagi Dhaksa Dharma Kitri, dan Ida Rsi Bujangga Waisnawa Surya Wiyanjana.
Sementara itu, upacara Melasti digelar pada Minggu 3 Agustus 2025, di Cilincing, Jakarta Utara, dan dipimpin oleh Ida Rsi Agung Kusuma Ananda.
Lebih dari sekadar upacara keagamaan, Ngenteg Linggih juga merepresentasikan filosofi Tri Hita Karana, yakni tiga harmoni dalam kehidupan:
Parahyangan: hubungan manusia dengan Tuhan
Pawongan: hubungan manusia dengan sesama
Palemahan: hubungan manusia dengan alam sekitar
“Upacara ini tidak hanya memperkuat keimanan umat, tetapi juga menunjukkan kuatnya solidaritas dan toleransi antarwarga. Di sini, kami hidup berdampingan dalam damai,” tutur Made Sumartana.
Kesenian dan Kebudayaan Mengiringi Sakralitas
Puncak acara juga dimeriahkan dengan pertunjukan kesenian tradisional di Wantilan (balai pertemuan) yang terletak di Madya Mandala Pura Dharma Sidhi.
Umat dari berbagai kelompok seni turut menampilkan tarian dan tabuh-tabuhan khas Bali, yang semakin memperkaya nilai budaya dan spiritual perayaan.