WARTAXPRESS.com – Istilah rohana (rombongan hanya nanya) dan rojali (rombongan jarang beli) yang tengah ramai diperbincangkan mencerminkan kondisi riil melemahnya daya beli masyarakat di tengah ketidakpastian ekonomi.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menyebut bahwa sikap berhati-hati konsumen dalam menggunakan uang mereka adalah hal yang wajar, mengingat situasi ekonomi belum benar-benar stabil.
“Di tengah situasi yang belum pasti, wajar jika banyak orang lebih memilih untuk berhitung sebelum mengambil keputusan,” ujar Mahendra.
Ia menilai, perilaku tersebut menandakan konsumen masih menunggu sinyal yang lebih pasti sebelum kembali meningkatkan belanja mereka.
“Kalau sudah ada kepastian yang lebih kuat, mereka akan punya keyakinan untuk mengambil keputusan pembelian,” tambahnya.
Mahendra juga menyebut bahwa keraguan tak hanya dialami konsumen, tetapi juga oleh pelaku usaha dan investor. Menurutnya, semua pihak saat ini cenderung menahan diri sambil menanti arah kebijakan ekonomi dan kondisi global yang lebih jelas.
“Yang menunggu bukan hanya konsumen, tetapi juga produsen dan investor. Mereka semua memerlukan kejelasan agar bisa merumuskan rencana jangka menengah dan panjang,” tegasnya.
Meski begitu, OJK tetap optimis konsumsi masyarakat akan kembali tumbuh apabila stabilitas ekonomi dan politik dapat terjaga, khususnya di paruh kedua tahun 2025. Mahendra menegaskan bahwa kejelasan arah kebijakan merupakan faktor utama untuk mendorong pemulihan konsumsi rumah tangga.
Sebagai catatan, istilah rohana dan rojali merupakan ungkapan populer di media sosial yang menggambarkan pola perilaku konsumen saat ini. Rohana merujuk pada sekelompok orang yang hanya bertanya tanpa membeli, sementara rojali menggambarkan mereka yang jarang melakukan pembelian meski datang berkunjung ke toko atau mencari barang di e-commerce.