WARTAXPRESS.com – Sebagian besar dari total 104 truk bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza pada akhir Juli 2025 dilaporkan mengalami penjarahan.
Pemerintah otoritas Gaza menuding adanya pembiaran sistematis oleh Israel yang memicu kekacauan tersebut.
Dalam pernyataan resminya, kantor media pemerintah Gaza menyebut bahwa konvoi bantuan yang masuk pada 29 Juli dirampok di tengah situasi keamanan yang dianggap sengaja dibiarkan tak terkendali oleh militer Israel.
“Sebagian besar bantuan dijarah karena kekacauan yang secara sistematis diciptakan dan dibiarkan oleh penjajah,” demikian bunyi pernyataan tersebut, dikutip Antara.
Pihak Gaza menilai insiden itu bukan kejadian acak, melainkan bagian dari strategi yang bertujuan memperburuk krisis kelaparan dan menghambat distribusi bantuan kepada warga sipil yang sangat membutuhkan.
Saat ini, kebutuhan minimal di Gaza diperkirakan mencapai 600 truk bantuan per hari, yang memuat bahan makanan, obat-obatan, hingga bahan bakar penting untuk menunjang layanan publik dan kehidupan warga sipil.
Pemerintah Gaza juga mendesak agar semua pintu perbatasan dibuka secara penuh dan segera, agar bantuan bisa masuk dengan lancar tanpa hambatan militer atau birokrasi.
Mereka menegaskan bahwa Israel dan negara-negara pendukungnya harus bertanggung jawab atas memburuknya kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut.
Data dari otoritas kesehatan setempat menunjukkan bahwa sejak serangan militer Israel dimulai pada 7 Oktober 2023, sedikitnya 160 warga Palestina telah meninggal akibat kelaparan dan kekurangan gizi. Dari jumlah itu, 91 di antaranya adalah anak-anak.
Krisis semakin parah karena blokade berkepanjangan selama lebih dari lima bulan yang menghambat masuknya barang-barang vital seperti susu formula, makanan pokok, dan obat-obatan.