WARTAXPRESS.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini mencatat kejatuhan paling tajam dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam sesi perdagangan yang penuh gejolak, IHSG anjlok hingga 514,47 poin atau setara 7,9% dan ditutup pada level 5.996,14.
Kejatuhan ini menyeret IHSG kembali ke bawah level psikologis 6.000 sebuah titik yang terakhir disentuh pasar kala pandemi mencapai puncaknya.
Sejak bel pembukaan pagi,IHSG langsung terperosok dalam tekanan jual besar-besaran.
Situasi makin memburuk hingga memicu trading halt selama 30 menit indikasi bahwa kepanikan investor sudah mencapai level kritis.
Sepanjang hari, indeks bergerak liar di rentang 6.036,55 hingga titik nadir 5.882,6.
Laporan Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa beban terbesar berasal dari saham-saham big caps, terutama sektor perbankan.
Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) tercatat menggerus IHSG paling dalam dengan kontribusi negatif sebesar 63,36 poin, diikuti Bank Mandiri (BMRI) 47,63 poin dan Bank Central Asia (BBCA) 47,44 poin.
Berikut daftar lengkap saham pemberat terbesar IHSG hari ini:
BBRI -63,36 poin
BMRI -47,63 poin
BBCA -47,44 poin
BREN -29,46 poin
GOTO -26,49 poin
AMMN -24,64 poin
DCII -23,83 poin
ASII -19,97 poin
TLKM -13,96 poin
UNTR -11,27 poin
Sektor barang baku, teknologi, dan konsumen non-primer menjadi “korban” paling parah dari tekanan pasar hari ini.
Saham-saham seperti PT Vale Indonesia (INCO) ambles 14,9%, PT Semen Indonesia (SMGR) tertekan 14,7%, dan PT Merdeka Copper Gold (MDKA) jatuh 14,6%.
Tak kalah drastis, saham PT Merdeka Battery Materials (MBMA), PT Trimegah Bangun Persada (NCKL), hingga PT Aneka Tambang (ANTM) juga terseret ke zona merah dengan koreksi berkisar 14,3%–14,6%.
Dengan nilai transaksi mencapai Rp20,94 triliun dan frekuensi perdagangan sebanyak 1,42 juta kali, pasar hari ini tampak aktif namun dominan dengan aksi jual.
Dari 797 saham yang diperdagangkan, hanya 30 saham yang menguat, sementara 672 saham melemah, dan 95 stagnan—gambaran jelas dari dominasi sentimen negatif.
Fenomena ini bukan hanya teknikal. Pasar tengah bergulat dengan kekhawatiran global—suku bunga tinggi yang tak kunjung turun, tensi geopolitik yang memanas, dan arus keluar modal asing yang deras.
IHSG, yang sebelumnya kokoh di atas level 6.500, kini dipaksa bertekuk lutut hanya dalam hitungan pekan.
Analis memperkirakan bahwa koreksi ini bisa membuka peluang pembentukan ulang valuasi namun jika kepanikan berlanjut, tak menutup kemungkinan IHSG akan menyentuh level support psikologis berikutnya di 5.800.