WARTAEXPRESS.com– Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong, memperingatkan bahwa dunia kini tengah berada di persimpangan.
Persaingan tajam antara dua kekuatan besar Amerika Serikat dan Tiongkok.
Wong menyebut rivalitas ini sebagai kontestasi global yang akan mendefinisikan lanskap geopolitik selama bertahun-tahun ke depan, dan menuntut negara-negara kecil seperti Singapura untuk tetap waspada, fleksibel, dan tidak terpancing memilih kubu.
“Tidak ada pihak yang menginginkan konflik terbuka, tapi ketidakpercayaan mendalam dan kecurigaan terus menggerus stabilitas,” ujar Wong dengan nada serius.
Menurut Wong, AS yang selama ini dianggap sebagai penjaga tatanan global mulai mundur dari perannya, sementara Tiongkok meski semakin percaya diri belum siap sepenuhnya mengisi kekosongan tersebut.
Hasilnya, dunia bergerak menuju fragmentasi, bukan integrasi.
“Kita sedang melalui transisi global yang kacau, dan tidak ada satu pun yang benar-benar tahu akan menuju ke mana,” tegasnya.
Negara-negara kini mulai berbalik ke dalam, mengedepankan kepentingan nasional dan mengurangi ketergantungan pada tatanan global yang dahulu menopang stabilitas dan pertumbuhan bersama.
Kepercayaan antarnegara menipis, dan semangat kerja sama internasional yang dulu jadi tulang punggung era pasca-Perang Dingin, kini terkikis.
Wong juga menyoroti keresahan Eropa terhadap ketidakpastian jaminan keamanan dari AS, terutama setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Wacana nuklir kembali mencuat Prancis membuka kemungkinan memperluas perlindungan nuklirnya, dan Polandia hingga Jerman mulai mengutamakan belanja pertahanan sebagai prioritas baru.
Asia tidak kalah waswas. Isu Taiwan menjadi titik rawan yang bisa memicu eskalasi lebih luas. PM Wong menyinggung peringatan mantan PM Jepang Fumio Kishida yang mengatakan, “Ukraina hari ini bisa jadi Asia Timur besok.”
Kata-kata ini, yang dulunya dianggap retorika, kini terasa makin nyata. Negara-negara Asia termasuk Jepang dan Korea Selatan mulai mempertimbangkan