WARTAXPRESS.com – Harga minyak mentah dunia tertekan pada perdagangan Jumat 5 September 2025. Pelemahan ini dipicu laporan tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang jauh di bawah perkiraan, memicu kekhawatiran terhadap prospek permintaan energi.
Di saat yang sama, ekspektasi peningkatan pasokan dari negara-negara OPEC dan sekutunya (OPEC+) juga menambah tekanan pada pasar.
Mengutip Reuters, minyak mentah Brent ditutup melemah US$1,49 atau 2,22 persen ke level US$65,50 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) AS turun US$1,61 atau 2,54 persen menjadi US$61,87 per barel.
Sinyal penambahan pasokan semakin kuat setelah laporan menyebutkan delapan negara anggota OPEC+ akan membahas peningkatan produksi dalam pertemuan Minggu 7 September 2025.
Data terbaru juga memperlihatkan persediaan minyak mentah AS naik 2,4 juta barel dalam sepekan terakhir, berlawanan dengan prediksi analis yang memperkirakan penurunan.
“Ini seperti badai sempurna. Harga sudah mulai melemah sejak muncul isu OPEC, lalu kian tertekan setelah data tenaga kerja AS yang buruk,” ujar Phil Flynn, analis senior Price Futures Group.
Departemen Tenaga Kerja AS mencatat, penambahan pekerjaan nonpertanian hanya 22.000 pada Agustus 2025, jauh di bawah ekspektasi ekonom sebesar 75.000. Kondisi ini meningkatkan tekanan terhadap Federal Reserve untuk memangkas suku bunga.
“Data tenaga kerja ini menjadi sinyal negatif bagi pasar,” ungkap John Kilduff, mitra di Again Capital.
Ekspektasi pasar kini mengarah pada keputusan OPEC+ yang diperkirakan akan mempercepat berakhirnya pemangkasan produksi sebesar 1,65 juta barel per hari, atau sekitar 1,6 persen dari permintaan global.
“Jika delapan negara OPEC+ benar-benar menaikkan produksi, harga minyak bisa tertekan lebih dalam karena risiko surplus pasokan sudah besar,” tulis analis Commerzbank dalam risetnya.
Namun demikian, risiko geopolitik masih menjadi faktor penahan. Presiden AS Donald Trump kembali mendesak negara-negara Eropa untuk menghentikan pembelian minyak Rusia.
Setiap potensi pengurangan ekspor Rusia atau gangguan pasokan global dapat kembali mengangkat harga minyak dunia.