Menu

Mode Gelap
ASICS Dirikan ASICS Foundation, Tegaskan Komitmen Dukung Masyarakat Indonesia Wujudkan Pikiran dan Tubuh Sehat Gudang Sparepart Mobil Ludes Terbakar di Tangerang, Sumber Api Diduga Konsleting Listrik Kuasa Hukum Ridwan Kamil Tanggapi Somasi Lisa Mariana: Silakan Buktikan, Jangan Umbar Aib di Media Deolipa Yumara Soroti Somasi Lisa Mariana ke Ridwan Kamil: Kalau 100% Yakin, Ya Harus Diuji Lewat Tes DNA Hidup atau Mati! Kesaksian Mengerikan Korban Scam Judol di Myanmar yang Mengguncang Nurani Warga Tangerang Rela Macet di Jalan raya, Kecewa Festival Balon Udara tak sesuai Keinginannya

Ekonomi

Perang Dagang Babak Baru! Trump Tembak 104%, China Balas dengan 84%

badge-check


Perang Dagang Babak Baru! Trump Tembak 104%, China Balas dengan 84% Perbesar

WARTAXPRESS.com – Dunia ekonomi kembali berguncang setelah Presiden Donald Trump resmi memberlakukan tarif impor baru sebesar 104% terhadap produk asal Tiongkok, Rabu (9/4).

Tak tinggal diam, Beijing langsung merespons dengan menaikkan tarif balasan terhadap barang-barang dari Amerika Serikat hingga 84%.

Ketegangan dagang ini memicu gelombang volatilitas di pasar keuangan global, memukul harga obligasi dan menambah tekanan pada saham-saham utama.

Indeks Dow Jones sempat terseret turun sebelum kembali naik-turun dalam pola zig-zag yang menggambarkan kepanikan pasar. Sementara Nasdaq berhasil bertahan di zona hijau, S&P 500 nyaris datar.

Di sisi lain, pasar obligasi AS mengalami tekanan berat: imbal hasil (yield) obligasi 10 tahun melonjak ke 4,47%, mencatat kenaikan empat hari terbesar sejak krisis finansial 2008.

Di tengah gejolak ini, Presiden Trump menyerukan ketenangan kepada pelaku pasar. “Be cool,” ujarnya singkat namun penuh makna. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, turut menenangkan suasana dengan menyebut kondisi ekonomi “masih cukup baik.”

Pernyataan ini sedikit meredakan kekhawatiran setelah bos JPMorgan, Jamie Dimon, sebelumnya memperkirakan resesi mungkin tak terelakkan.

Namun, pasar tidak sepenuhnya terhibur. Kekhawatiran semakin membesar usai pemerintah AS memberi sinyal akan memperluas kebijakan tarif, termasuk pada produk farmasi.

Saham-saham besar di sektor tersebut seperti Merck dan Pfizer langsung merosot 3%.

Langkah balasan dari Beijing menunjukkan bahwa perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

Dengan kenaikan tarif dari 34% menjadi 84% untuk barang-barang asal AS, China menunjukkan taringnya di hadapan kebijakan proteksionis Washington.

“Ini bukan sekadar adu tarif. Ini duel strategi dan ketahanan ekonomi jangka panjang,” kata analis geopolitik dari Beijing Economic Forum, Lin Wei.

ini melampaui batas negara Indeks saham Jepang anjlok hingga 3,9%, sementara bursa utama Eropa juga tergelincir nyaris 3%.

Bank of England memperingatkan bahwa potensi koreksi tajam masih tinggi, terutama jika situasi tidak segera mereda.

Sinyal kepanikan juga terlihat dari melonjaknya harga emas hingga menembus $3.100 per troy ounce, menjadi pelarian aman bagi investor.

Namun, minyak mentah Brent justru tergelincir ke titik terendah dalam empat tahun terakhir—tanda bahwa pasar memprediksi perlambatan ekonomi global.

Sebagai respons terhadap kebijakan terbaru Trump, lembaga investasi global Vanguard memangkas proyeksi pertumbuhan PDB AS tahun 2025 menjadi di bawah 1%, dari sebelumnya sekitar 2%.

Prediksi itu diasumsikan dengan harapan bahwa Presiden Trump akan melunakkan sikap tarifnya dalam beberapa bulan ke depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Digimap Resmi Hadirkan iPhone 16 di Indonesia Hadiah Jutaan Rupiah dan Konsep Toko Premium Menanti Pelanggan

12 April 2025 - 22:30 WIB

China Resmi Naikkan Tarif Impor AS Jadi 125 %

11 April 2025 - 22:16 WIB

Donald Trump Angkat Bendera Putih: Saya Hormat pada Presiden Xi, Kini Saatnya Damai

11 April 2025 - 22:02 WIB

Perang Dagang AS-Tiongkok Memanas Tarif Meroket, Ekonomi Global Terancam Guncang

10 April 2025 - 23:35 WIB

Samsat Cikokol Kota Tangerang Kebanjiran Wajib Pajak, Melalui Program Gubernur Banten

10 April 2025 - 22:57 WIB

Trending di Ekonomi