WARTAXPRESS.com – Polemik yang mencuat di kawasan Jalan Sukamaun, Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, Banten, kembali menjadi perhatian publik.
Insiden yang melibatkan seorang pria lansia berusia 70 tahun dengan seorang warga berinsial IB, 40, kini direspons oleh pihak keluarga pelaku secara terbuka.
Melalui penuturan Hasyfa, salah satu anggota keluarga, muncul kronologi panjang yang selama ini tak banyak diketahui masyarakat.
Ia mengungkapkan bahwa kejadian pemukulan oleh pamannya bukan terjadi tanpa alasan, melainkan sebagai puncak dari kesabaran yang teruji oleh berbagai insiden sebelumnya.
“Jadi om saya itu pulang kerja dari kantor, terus lihat anaknya ada bekas tamparan di pipi,” kata Hasyfa, saat ditemui di kediamannya.
Dari pengakuan anak tersebut, tamparan itu bukan kejadian pertama yang dialami oleh anak-anak di lingkungan sekitar.
Menurut Hasyfa, perilaku kekerasan dari tetangga tersebut telah beberapa kali terjadi, namun selalu mereka maklumi demi menjaga keharmonisan lingkungan.
“Sepupu perempuan saya pernah disiram air panas. Kami waktu itu masih iyaudah lah, mungkin anak kecil ngeselin kali. Mungkin juga karena ribut. Tapi tetap saja, disiram air panas itu kan udah enggak benar,” katanya.
Insiden terakhir yang memicu ketegangan terjadi ketika anak-anak bermain bola dan tanpa sengaja bola tersebut mengarah ke rumah si pria lansia.
Responsnya, kata Hasyfa, justru berlebihan.
“Dia enggak senang, terus anak-anak malah diuber sampai ke gang sebelah. Setelah ditangkap, anak-anak malah di gampar lagi,” jelasnya.
Tak tinggal diam, orang tua bocah tersebut kata, (Hasyfa) berinisiatif datang langsung ke rumah tetangga untuk menyelesaikan secara baik-baik.
Namun, situasi berubah ketika dialog yang dimulai secara damai justru memicu ketegangan baru.
“Om saya nanya, ‘Lu gampar anak gue?’ Si bapak jawab enggak. Tapi sepupu saya ngomong, ‘Eh, lu gampar gue’. Nah, langsung tuh si bapak matiin rokok, berdiri, dan kelihatan mau nyerang,” ungkap Hasyfa.
Melihat situasi yang mulai memanas dan merasa terancam, orang tua bocah akhirnya bereaksi spontan.
“Mungkin karena khilaf, om saya nonjok si bapak. Kena di bagian hidung. Ya mungkin posisinya pas kena hidung, enggak seluruh muka,” katanya.
Hasyfa menegaskan bahwa keluarga mereka bukan tipe yang mudah main tangan, namun tidak akan tinggal diam jika anak-anak mereka terus menjadi sasaran kekerasan tanpa sebab yang wajar.
“Kami sudah terlalu sering sabar. Tapi jangan mulai sesuatu kalau enggak siap dengan akibatnya,” pungkasnya.