WARTAXPRESS.com – Rusia menyatakan akan menyesuaikan strategi pertahanan di sepanjang perbatasan dengan Finlandia, menyusul keanggotaan negara tersebut di NATO.
Hal ini ditegaskan Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, saat berbicara di Svetogorsk, Leningrad, Jumat 5 September 2025.
“Kami harus bersiap menghadapi perubahan yang terjadi, termasuk dalam hubungan dengan Finlandia. Kami tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Finlandia kini anggota Aliansi Atlantik Utara,” kata Medvedev, seperti dikutip dari pernyataannya di platform VKontakte.
Menurutnya, situasi baru itu memaksa Rusia untuk mengubah pendekatan militer terkait pengaturan perbatasan dan mengantisipasi potensi tindakan yang dianggap tidak bersahabat.
Medvedev juga menyinggung pertemuan “koalisi kehendak” yang dipimpin Barat di Paris, yang membahas dukungan militer bagi Ukraina.
Ia menyebut inisiatif tersebut tidak masuk akal dan ajaran sesat.
“Itu omong kosong, ajaran sesat. Dalam bahasa Inggris, hanya bualan atau isapan jempol belaka, sebutlah sesukamu,” ujarnya.
Pertemuan di Paris itu dipimpin Presiden Prancis Emmanuel Macron, dengan 35 negara hadir, termasuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Macron mengumumkan bahwa 26 negara siap mengirim kontingen militer ke Ukraina setelah tercapai gencatan senjata atau perjanjian damai.
Namun, Medvedev menolak usulan pemberian “jaminan keamanan” untuk Kiev. Menurutnya, langkah tersebut tidak akan membawa manfaat apa pun.
Finlandia resmi menjadi anggota NATO pada April 2023, mengakhiri status netralnya selama puluhan tahun.
Keanggotaan itu membuat aliansi Barat berbatasan langsung dengan Rusia sepanjang lebih dari 1.300 kilometer, yang oleh Moskow kerap dianggap sebagai ancaman keamanan utama.









